Jumat, 18 Januari 2013

PRINSIP PENGEMBANGAN SILABUS



PRINSIP PENGEMBANGAN SILABUS

                Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang berisikan garis-garis  besar materi pembelajaran. Beberapa prinsip yang mendasari pengembangan silabus antara lain :
a.      ILMIAH
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus  harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan. Unttuk mencapai kebenaran ilmiah tersebut, dalam penyusunan silabus selayaknya dilibatkan para pakar dibidang keilmuan masing-masing mata pelajaran. Hal ini dimaksudkan agar materi pelajaran yang disajikan dalam silabus valid.

b.      RELEVAN
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai atau ada keterkaitan dengan tingkat  perkembangan fisik, intelektual, social, emosional, dan spiritual peserta didik.

c.       SISTEMATIS
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.

d.      KONSISITEN
Adanya hubungn yang konsisten  antara kompetensi dasar, indicator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sisitem penillaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

e.      MEMADAI
Cakupan indicator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan system penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan Actual dan kontekstual
Cakupan indicator. Materi pokok,pengalaman belajar, sumber belajar, dan system penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan  seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.



f.        FLEKSIBEL
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik serta dinamika perubahan yang terjadi disekolah dan tuntutan masyarakat.
g.      MENYELURUH
Komponen silabus  mencakup keseluruhan kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor)



PELAKSANAAN PELATIHAN



PELAKSANAAN PELATIHAN
Pendahuluan
            Keberhasilan pelatihan tidak dapat diukur dari segi kelengkapan atau kompleksitas desain program pelatihan saja, tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh pelaksanaan dilapangan. Kadang-kadang desain yang kompleks bahkan bahkan tidak bisa dillaksanakan atau ditunda pelaksaanya. Hal ini sering disebabkan oleh karena desainya terlalu rumit, keterbatasan dalam kemampuan dalam mengelola pelaksanaanya dilapangan atau karena biaya pelaksanaanya yang terlalu tinggi atau karena kurangnya sumber-sumber yang mendukung. 
A. Rencana Pelaksanaan Pelatihan
            Bila seseorang maneger  telah memutuskan untuk mengadakan  pelatihan, maka I aharus memikirkan bagaimana bentuk dan proses pelaksanaanya, siapa yang bertanggung jawab dan bagaimana pengadministrasianya serta bagaimana pengaturan keuanganya. Ini merupakan hal yang sangat penting dan sangat mempengaruhi apakah suatu pelatihan  dapat berjalan dengan lancar atau tidak .
            Sering program pelatihan gagal atau ditunda pelaksanaanya karena desainer pelatihan kurang  mempertimbangkan sumber-sumber pelatihan yang dapat dimanfaatkan dari lingkungan sehingga pelatihan memakan biaya mahal. Akibatnya pelatihan ditunda karena kemampuan biaya yang terbatas.
            Maneger pelatihan harus merencanakan, mengalokasikan dan menggunakan sumber-sumber yang ada sehingga ia dapat meramalkan dan mengetahui tahapan tahapan pelaksanaan dengan jelas dan rinci. Dengan demikian ia sudah dapat memperhitungkan apakah pelatihan itu dapat dilaksanakan atau tidak.
            Sumber-sumber  utama yang akan dikelola untuk pelatihan itu meliputi antara lain; fasilitas yang ada (termasuk bangunan/gedung) sebagai tempat pelaksanaan pelatihan, persediaan bahan dan alat bantu yang dibutuhkan, dan arus uang tunai yang dapat dimanfaatkan. Ini erat kaintanya dengan hal-hal yang harus dipertanggung jawabkan yaitu asset tetap, asset variable, pengeluaran dan biaya langsung.
B. Administrasi Program Pelatihan
            Pada organisasi-organisasi  yang benar, tugas-tugas administrasi yang berhubungan dengan pelatihan ditangani bidang khusus pelatihan atau satu departemen. Tetapi untuk menjamin suatu pelatihan dengan baik, sangat dipengaruhi kerja petugas pelaksanaan dilapangan. Oleh sebab itu untuk kelancaran suatu pelatihan perlu ada secretariat pelaksanaan yang akan mengelola seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pelatihan. Untuk pelatihan yang cukup luas, perlu dibentuk panitia pelaksanaan yang terdiri dari ketua, pelaksana, wakil, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan dilengkapi dengan beberapa seksi dan anggota pelaksana. Sementara untuk  pelatihan khusus seksi dan anggota bisa dibatasi sesuai dengan kebutuhan lapangan.
Hal-hal yang harus mereka kerja mencakup beberapa hal yang akan dijelaskan pada bagian berikut.:
1. Penyusunan Jadwal
            Kurikulum yang telah dikembangkan untuk suatu pelatihan tidak mungkin disajikan begitu saja. Kurikulum itu perlu dikembangkan menjadi topik-topik tertentu yang akan disajikan pada waktu tertentu pula sesuai dengan analisis tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk menetapkan  jadwal yang tepat untuk masing-masing topik yang akan memerlukan kerja sama dengan instruktur yang akan melaksanakan program itu. Mereka harus mempersiapkan rancangan gabungan sehingga topik pelatihan, metode, pemantauan atau sidang belajar, lokasi  dan sumber pelatihan dapat dijadwalkan pada waktunya tepat sehingga pelaksanaan dapat dilakukan dengan tepat.  Juga perlu dipersiapkan tempat dan fasilitas tertentu, bila dalam pelatihan nanti ada kegiatan yang dilakukan secara individu, kelompok dan secara  klasikal.
Jadwal yang disusun hendaklah menginformasikan hal-hal berikut :
a. menginformasikan ruang dan aloksi waktu yang disediakan untuk pengajaran perorangan dan kelompok.
b. menginformasikan tentang peralatan yang diperlukan, dimana dan kapan diperlukanya.
c. memastikan bahwa para peserta telah siap mengikuti pelatihan .
d. menginformasikan tentang mekanisme penilaian yang dilakukan untuk peserta pelatihan.

2. Pemberitahuan Kepada Instruktur/Fasilisator
            Keberhasilan program pelatihan sangat dipengaruhi oleh persiapan instruktur/fasilisator untuk menyajikan materi pelatihan. Ia harus mempersiapkan bahan terebut sedemikian rupa sesuai dengan tujuan yang kan dicapai. Oleh sebab itu instruktur harus diberi tahu sebelum pelatihan dilaksanakan, sehingga ia mempunyai cukup waktu untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan materi pelathan tersebut seperti makalah, lembaran kerja, dan lain-lain.
3. Pemberitahuan Kepada Peserta
            Pemberitahuan pada pesert harus ditangani dengan baik sebelum wakt pertemuan pertama. Pengumuman itu tidak hanya mengenai kapan dimulai dengan berakhirnya pelatihan. Peserta harus diberitahu dimana latihan diadakan, kapan waktu pelaksanaan, apa saja yang dipersiapkan oleh para peserta, siapa saja pesertanya serta  mengapa harus mengikuti pelatihan tersebut. Peserta pelatihan harus mengetahui kehadiranya merupakan suatu perintah atau keharusan dan apa tindakan yang harus dilakukan atau diterima bila peserta tidak dapat hadir.
4. Penggandaan Materi Pelatihan
            Materi pelatihan suda harus sudah berada ditangan peserta pelatihan sebelum pelatiha dimulai. Bahan yang telah dipersiapkan oleh instruktur perlu diperbanyak oleh panitia sebanyak peserta pelatihan. Oleh sebab itu perlu diberitahukan kepada instruktur kapan mereka harus memasukan bahan pelatihan kepada panitia sehingga penggandaan bahan tidak terlambat.
5. Pertemuan Pertama
            Pada hari pertama kegiatan  pelatihan dimeja secretariat sudah tersedia sagala sesuatu yang dibutuhkan selama kegiatan pelatihan. Setiap peserta yang datang mengisi daftar hadir dan mendapatkan bahan-bahan yang diperlukan selama pelatihan seperti jadwal, bahan-bahan pelatihan, makalah dan lain-lain. Bila pelatihan ini dilakukan itu dilakukan oleh pengusaha, maka pada pertemuan pertama itu sebaiknya dihadiri maneger utama. Ia harus memberikan perhatian dan kosan khusus, sehingga peserta mengerti bahwa program pelatihan itu penting untuk pengembangan usaha dan mendapat dukungan sepenuhnya dari perusahaan. Demikian juga pelatihan yang diadakan oleh instansi pemerintah. Kegiatan hari pertama hendaklah dihadiri oleh pemimpin atau atasan dari peserta. Sehingga dapat menimbulkan motivasi dari peserta untuk mengikuti pelatihan sampai selesai. Peserta perlu pula memahami bahwa pelatihan itu berkaitan erat dengan pengembangan karir mereka.
C. Mekanisme Pengendalian Proyek Pelatihan
1. Pengendalian Belajar
            Berhasil tidaknya suatu pelatihan sangat tergantung kepada pelaksanaan pelatihan dilapangan oleh sebab itu mekanisme penilaian proses dan hasil belajar harus dimasukan Dalam jadwal dan rencana operasional harian. Kegiatan ini mencakup pemantauan  proses belajar, penilaian   hasil belajar, tanggapan terhadap instruktur, tanggapan terhadap pelaksanaan pelatihan secara umum, serta study kasus.
2. Pengendalian Biaya
            Apabila program pelatihan harus efektif biaya, maka biaya tahapan pelaksanaanya harus dikendalikan. Perancang program harus memberikan uraian anggaran perminggu, dan pelaksanaan pelatihan harus memeriksa catatan pengeluaran biaya yang sebenarnya dibandingkan dengan alokasi biaya yang dirancang sementara program tersebut berlangsung.
            Pelaksanaan yang kritis terlihat pada pemanfaatan staf yang efektif serta pemanfaatan fasilitas secara efisien. Kedua bagian ini tidak ditangani dengan baik sehingga biaya pelatihan secara keseluruhan menjadi mahal.
D. Penanggung Jawab Pelaksana Pelatihan
            Rencana kegiatan program pelatihan dapat dirancang melalui bidang perencanaan, tetapi bukan berate mereka pula yang harus melaksanakanya. Pelaksanaan pelatihan biasanya ditangani oleh struktur yang dibentuk melalui panitia pelaksana pelatihan yang dipilih dari orang-orang yang suda bisa mengelola kegiatan pelatihan.