Kamis, 29 Desember 2011

KEDUDUKAN GURU




PENGERTIAN GURU
Ø      Guru adalah “orang yang pekerjaan, mata pencariaan atau profesinya mengajar.”
(KBSI, 2001)
Ø      Guru merupaan sosok yang mengemban tugas yang mengajar, mendidi, dan membimbing.
Ø      Guru itu berdampak abadi, ia tidak pernah tahu, dimana pengaruhnya itu berhenti.
Ø      Guru adalah jabatan atau profesi yang memerluan eahlian khusus sebagai guru.pekerjaan ini bisa dilakukan oleh orang yang tidak memilii keahlian untu melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat tertentu, apalagi sebagai guru yang professional yang harus menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainya yang perlu dibina dan kembangkan melalui masa pendidian tertentu atau pendidikan pra-jabatan.
Untuk dapat melakukan peranan dan melaksanakan tugas serta tanggung jawabnya, guru memerlukan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat inilah yang akan membedakan antara guru dengan manusia-manusia lain pada umumnya. Adapun syarat-syarat menjadi guru itu dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok.        

1. Persyaratan administratif
Syarat-syarat administratif ini antara lain meliputi: soal kewarganegaraan (warga negara Indonesia), umur (sekurang-kurangnya 18 tahun), berkelakuan baik, megajukan permohonan. Di samping itu masih ada syarat-syarat lain yang telah ditentukan sesuai dengan kebajikan yang ada.
                                        
2. Persyaratan teknis
Dalam persyaratan teknis ini ada yang bersifat formal, yakni harus berijazah pendidikan guru. Hal ini mempunyai konotasi bahwa seseorang yang memiliki ijazah pendidikan guru itu dinilai sudah mampu mengajar. Kemudian syarat-syarat yang lain adalah menguasai cara dan teknik mengajar, terampil mendesain program pengajaran serta memiliki motivasi dan cita-cita memajukan pendidikan/pengajaran.

3. Persyaratan psikis
Yang berkaiatan dengan kelompok persyaratan psikis, antara lain: sehat rohani, dewasa dalam berpikir dan bertindak, maupun mengendalikan emosi, sabar, ramah dan sopan, memiliki jiwa kepemimpinan, konsekuen dan berani bertanggung jawab, berani berkorban dan memiliki jiwa pengabdian. Di samping itu, guru juga dituntut untuk bersifat pragmatis dan realistis, tatapi juga memiliki pandangan yang mendasar dan filosofis. Guru harus juga mematuhi norma dan nilai yang berlaku serta memilki semangat membangun. Inilah pentingnya bahwa guru itu harus memiliki panggilan hati nurani untuk mengabdi untuk anak didik.

4. Persyaratan fisik
Persyaratan fisik ini antara lain meliputi: berbadan sehat, tidak memiliki cacat tubuh yang mungkin mengganggu pekerjaannya, tidak memiliki gejala-gejala penyakit yang menular. Dalam persyaratan fisik ini juga menyangkut kerapian dan kebersihan, termasuk bagaimana cara berpakaian. Sebab, bagaimanapun juga guru akan selalu dilihat/diamati dan bahkan dinilai oleh para siswa/anak didiknya.

Dari berbagai persyaratan yang telah dikemukakan diatas, menunjukkan bahwa guru menempati bagian “tersendiri” dengan berbagai cirri kekhususannya, apalagi kalau dikaitkan dengan tugas keprofesiannya. Sesuai dengan tugas keprofesianya, maka sifat dan persyaratan tersebut secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam spectrum yang lebih luas, yakni guru harus.
a.       Memiliki kemampuan professional
b.      Memiliki kapasitas intelektual
c.       Memiliki sifat edikasi sosial
Untuk mendekati permasalahan itu perlu dilihat beberapa aspek yaitu:
1.      Aspek kematangan jasmani
2.      Aspek kematangan rohani
3.      Aspek kematangan kehidupan social

1.    Aspek kematangan jasmani
Aspek kematangan jasmani dapat dilihat dari perkembangan biologis dan usia. Pada umumnya dikatakan sudah dewasa jasmani, kalau seseorang itu sudah akil-balig. Akil-balig dari bahasa Arab yang menurut karmus bahasa Indonesia, berusia 15 tahun ke atas. Jadi kalau guru dipersyaratkan usia 20 tahun, berarti sudah memenuhi persyaratan.
2.     Aspek kematangan rohani
Perlu ditambahkan bahwa yang merupakan kematangan/kedewasaan rohani itu termasuk antara lain: sudah matang dalam bertindak dan berfikir, sehingga sikap dan penampilannya menjadi semakin mantap. Menghargai dan mematuhi norma serta nilai-nilai moral yang berlaku. Seseorang yang dikatakan dewasa harus juga memiliki jiwa kepemimpinan dan dapat dicontoh oleh orang lain terutama yang ingin menuju ke tingkat kedewasaarmya. Bersifat sabar, disiplin, sopan dan ramah. Hal yang penting, adalah dapat mengendalikan gejolak emosionalnya. Orang dewasa senantiasa tidak emosional, tetapi lebih rasional, bijak dan realistis dalam berbagai tindak dan perbuatannya.

3. Kematangan dan kedewasaan kehidupan sosial
Aspek kedewasaan sosial senantiasa berhubungan dengan kehidupan sosial, atau kehidupan bersama antar manusia. Untuk dapat bergaul dengan sesama manusia dituntut adanya kernampuan berinteraksi dan memenuhi beberapa persyaratan. Sebagai contoh harus dapat saling menghargai, saling tenggang rasa, saling tolong menolong, dapat dan
mau membela kepentingan bersama.
A.  Guru sebagai tenaga professional

Seorang pekerja professional, khususnya guru dapat dibedakan dari seorang teknisi, karena disamping menguasai sejumlah teknik serta prosedur kerja tertentu, seorang pekerja professional juga ditandai adanya informed responsiveness terhadap implikasi kemasyarakatan dari objek kerjanya. Hal ini berarti bahwa seorang pekerja professional atau guru harus memiliki persepsi filosofis dan ketanggapan yang bijaksana yang lebih mantap dalam menyikapi  dan melaksanakan pekerjaannya.
Sebagai suatu profesi, apabila memenuhi criteria atau ukuran-ukuran sebagai berikut:
1.      Memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas, maksudnya :
a.     Memiliki pengetahuan umum yang luas
b.    Memiliki keahlian khusus yang mendalam
2.      Merupakan karier yang dibina secara organisatoris, maksudnya:
a.       Adanya keterikatan dalam suatu organisasi professional
b.      Memiliki otonomi jabatan
c.       Memiliki kode etik jabatan
d.      Marupakan karya bakti seumur hidup
3.      Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status professional, maksudnya:
a.       Memperoleh dukungan masyarakat
b.      Mendapat pengesahan dan perlindungan hokum
c.       Memiliki persyaratan kerja yang sehat
d.      Memiliki jaminan hidup yang layak

Selanjutnya Westby dan Gibson, mengemukakan cirri-ciri keprofesian dibidang kependidikan sebagai berikut:
1.      Diakui oleh masyarakat dan layanan yang diberikan hanya dikerjakan oleh pekerja yang dikategorikan sebagai suatu profesi
2.      Memiliki sekumpulan bidang ilmu pengetahuan sebagai landasan dari sejumlah teknik dan prosedur yang unik.
3.      Diperlukan persiapan yang sengaja dan sistematis, sebelum orang itu dapat melaksanakan pekerjaan professional
4.      Memiliki mekanisme untuk menyaring sehingga orang yang berkompeten saja yang diperbolehkan bekerja
5.      Memiliki organisasi professional untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat

Pengertian profesi dengan segala cirri dan persyaratannya tersebut akan membawa konsekuensi yang fundamental terhadap program pendidikan, terutama yang berkenen dengan komponen tenaga kependidikan. Salah satu konsekuensi itu diantaranya adalah yang berkenen dengan accountability dari program pendidikan itu sendiri.
            Guru dituntut memiliki kualifikasi kemampuan yang lebih memadai. Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi professional guru sebagai tenaga professional kependidikan. Yang pertama adalah tingkatan capability personal maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses belajar-mengajar secara efektif.
            Tingkat kedudukan adalah guru sebagai innovator. Kemudian tingkat yang ketiga adalah guru sebagai developer. Selain menghayati kualifikasi yang pertama dan kedua, dalam tingkatannya sebagai developer, guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas persepektifnya.



C. GURU SEBAGAI PENDIDIK DAN PEMBIBING
Mendidik adalah mengantarkan anak didik agar menemukan dirinya, menemukan kemanusiaanya . Mendidik adalah memanusiakan manusia . dengan demikian , secara esensial dalam proses pendidikan , guru itu bukan hanya berperan sebagai “pengajar”  yang transfer of  knowledge tetapi juga “pendidik” yang transfer of values. Ia bukan saja pembawa ilmu pengetahuan, akan tetapi juga menjadi contoh seorang pribadi manusia.
Pengertian pendidik dalam hal ini lebih luas dari fungsi membimbing. “membimbing” adalah termasuk sarana dan serangkaian usaha pendidikan. Seorang guru menjadi pendidik berarti sekaligus menjadi pembimbing. Sebagai contoh guru yang berfungsi sebagai pendidik dan pengajar sering kali akan melakukan pekerjaan bimbingan, misalnya bimbingan belajar, bimbingan tentang suatu keterampilan dan sebagainya. Membimbing dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kegiatan menuntu anak didik dalam perkembangannya dengan jalan memberikan lingkungan dan arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Sebagai pendidik, guru harus berlaku membimbing, dalam arti menuntun sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan yang di cita-citakan, termasuk memecahkan persoalan-persoalan atau kesulitan yang di hadapi anak didik.Guru dalam melaksanakan  tugasnya sebagai pendidik  dan pembimbing, minimal ada dua fungsi, yakni fungsi moral dan fungsi kedinasan, Tinjauan secara umum, guru dengan segala peranannya akan kelihatan lebih menonjol fungsi moralnya, sebab walaupun dalam situasi kedinasan pun guru tidak dapat melepaskan fungsi moralnya. Oleh karena itu guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pembimbing juga diwarnai oleh fungsi  moral itu, yakni dengan wujud bekerja secara sukarela, tanpa pamrih dan semata-mata demi panggilan hati nurani, atau seperti telah dikemukakan di atas dengan istilah roeping. Ada tiga alternatif yang perlu dioperhatikan oleh para guru dalam menjalankan tugas pengabdiannya, yakni :
1.    Merasa terpanggil
2.    Mencintai dan menyayangi anak didik
3.    Mempunyai rasa tanggung jawab secara penuh dan sadar mengenai tugasnya.
            Pendidikan adalah usaha pendidik memimpin anak didik secara umum untuk mencapai perkembanganya menuju kedewasaan jasmani maupun rohani, dan bimbingan adalah usaha pendidik memimpin anak didik dalam arti khusus misalnya memberikan dorongan atau motivasi dan mengatasi kesulitan – kesulitan yang dihadapi anak didik atau siswa.
            Sehubungan dengan beberapa fungsi yang dimiliki guru, maka terdapat beberapa aspek utama yang merupakan kecakapan serta pengetahuan dasar bagi guru.
1.    Guru harus dapat memahami dan menempatkan kedewasaanya.sebagai pendidik harus mampu menjadikan dirinya sebagai teladan.
2.    Guru harus diri siswanya.
3.    Guru harus memiliki kecakapan memberi bimbingan.
4.    Guru harus memiliki dasar pengetahuan yang luas tentang tujuan pendidikan di indonesia.
5.    Guru harus memiliki pengetahuan yang bulat dan baru mengenai ilmu yang diajarkan.

D. BEBERAPA PERANAN GURU
     Ada beberapa pendapat peranan guru yang dijelaskan sebagai berikut :
1.    Prey Katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan.
2.    Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagai pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subordinate) terhadap atasanya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.
3.    James W. Brown, Mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain : menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
4.    Federasi dan organisasi profesional guru sedunia, mengungkapkan bahwa peranan guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmiter dari ide tetapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.
       Dari beberapa pendapat di atas maka secara rinci peranan guru dalam kegiatan belajar-mengajar, secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut :
a.      Informator
Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b.      Organisator
Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dll. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar, semua diorganisasi sedemikian rupa, sehingga dapat
c.       Motivator
Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan atau semangat dan pengembangan kegiatan belajar siswa.
Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
d.      Inisiator
Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar.
e.       Transmitter
Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksnaan pendidikan dan pengetahuan.
f.        Fasilitator
Guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar.
g.      Mediator
Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
h.      Evaluator
Guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
F. KODE ETIK GURU
a. mengapa perlu kode etik ?
suda disebut-sebut didepan bahwa guru adalah tenaga professional dibidang kependidikan yang memiliki tugas “mengajar” dan “membimbing”anak didik agar menjadi manusia yang berpribadi (pancasila). Dengan demikian guru memiliki kedudukan yabg sangat penting dan tanggung jawab yang sangat besar. Sehubungan dengan it maka guru sebagai tenaga professional memerlukan pedoman ataukode etik guru agar terhindar dari segala bentuk penyimpangan. Kode etik menjadi pedoman baginya untuk tetap professional (sesuai dengan tuntutan dan persyaratan profesi)
kode etik yang memedomani setiap tingkah laku guru senantiasa sangat diperlukan. Karna dengan itu penampilan guru akan terarah dengan baik, bahkan akan terus bertambah baik. Ia akan terus menerusmemperhatikan dan mengembangkan profesi keguruanya.
c. Apa itu kode etik?
Secarah harafiah “kode etik” berarti sumber etik. Eti artinya tata susila (etika)atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjkan suatu pekerjaan. Jadi “kode etik guru” diartikan aturan tata susuila keguruan. Maksudnya aturan-aturan tentang keguruan (yang menyangut pekerjaan-pekerjaan guru)dilihat dari segi susila. Maksud kata susila adalah hal yang berkaitan dengan b                                                aik dan dan tidak baik menurut ketentuan-ketentuan umum yang berlaku.
Adapun rumusan kode etik guru yang merupakan kerangka pedoman guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya itu sesuai dengan hasil kongres PGRI XIII, yang terdiri Sembilan item berikut:
1. guru berbakti membimbing anak seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang berpancasila.
2. guru memilii kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing
3. guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang ana didik, tetapai menghindaran diri dari segala bentu penyalagunaan.
4. guru menciptaan suasana kehidupan sekolah dan memelihara dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi epentingan ana didik.
5. guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat sekitar sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
6. guru secara sendiri dan bersama-sama berusaha mengembangan dan meningkatkan mutu profesinya
7. guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru.
8. guru secara bersama-sama memelihara. Membina dan meningkatkan mutu organisasi guru professional sebagai sarana pengabdianya
9. guru melaksanaan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan dalam bidang pendidikan













KURIKULUM


A.     Pengertian Kurikulum
Menurut pandangan lama atau sering juga disebut pandangan tradisional, merumuskan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah.
Sebagai perbandingan, ada baiknya kita kutip pula pendapat lain seperti yang diemukakan oleh romine (1954). Pandangan ini dapat di golongkan sebagai pendapat yang baru. Tafsira tentang kurikulum bersifat luas, karena kurikulum bukan hanya terdiri atas mata pelajaran tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalamaqn menjadi tanggung jawab sekolah.

1.         kurikulum sebagai suatu kegiatan program yang terencana.
Pada hakikatnya kurikulum sebagai suatu program kegiatan terencana memiliki rentang yang cukup luas, hingga membentuk suatu pandangan yang menyeluruh.
    1. kurikulum sebagai hasil belajar yang di harapkan.
    2. kurikulum sebagai refroduksi cultural
    3. kurikulum sebagai kumpulan tugas dan konsep diskrit
    4. kurikulum sebagai agenda rekontrusi social
    5. kurikulum sebagai currer
    6. perbedaan kurikulum lama dengan kurikulum yang baru
diantara kedua pola kurikulum baru dan lama terdapat perbedaan yang fundamental antara lain sebagai  :
a.       kerikulum lama berorientasi pada masa lampau, karena berisikan pengalamana-pengalaman masa lampau. Guru mengajarkan berbagai hal yang pernah hal yang pernah dialami sebelumnya. Dilain pihak kurikulum baru berorientasi pada masa sekarang, sebagai persiapan masa yang akan datang
b.      kurikulim lama tidak berdsarkan filsafat pendidikan yang jelas sulit dipahami dan tidak ada kesatuan pendapat diantara kalangan guru tentang filsafat pendidianyang dianut tersebut.


Kurikulum Subjek Akademis
Model konsep kurikulum ini adalah model yang tertua,sejak sekolah yang pertama berdiri,sampai sekarang meskipun telah berkembang tipe-tipe lain,umum nya sekolah tidak dapat melepaskan tipe ini. mengapa demikian karna kurikulum ini, peraktis,mudah disusun, mudah digabungkan dengan tipe lainya.
            Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik, yang berorintasi pada masa lalu.kurikulim ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Belajar adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang mengusai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang di berikan atau yang di siapkan oleh guru.
            Guru sebagai penyampaian bahan ajar memegang peranan penting. Mereka harus menguasai semua pengetahuan yang ada dalam kurikulum. ia harus menjadi ahli dalam bidang-bidang studi yang diajarkanya. Guru adalah seseorang yang “digugu dan “ditiru (diikuti dan dicontoh).
            Kurikulum subjek akademis tidak berarti hanya menekankan pada materi yang disampaikan,dalam perkembanganya secara berangsur memperhatikan peroses belajar yang dilakukan siswa.
            Jerome beruner dalam  The Process Of Education menyarankan bahwa dsain kurikulum hendaknya didasarkan atas struktur disiplin ilmu.
            Salah satu contoh kurikulim yang berdasarkan atas struktur pengetahuan adalah Man: A Corse Of Study (MACOS) Macos adalah kurikulum untuk sekolah dasar,terdiri atas buku-buku, film,          poster,  permainan,        dan perlengkapan            lainya.kurikulum ini ditujukan untuk mengadakan pengajaran ilmusosial dan humanitas,dengan pengarahan dan bimbingan Bruner.
           
1. Ciri-ciri kurikulum akademis
Tujuan kurikkulum akademis adalah pemberian pengetahuan yang sulid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses penelitian. Metode yang paling banyak digunakan  dalam kurikulum subjek akdemis adalah metode ekspositori dan inkuiri.
Pola organisasi yang terpenting antara lain :
1. Coralated curiculum adalah pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu pelajaran
2. Unifeid atau concentrated curiculum adalah pola organisasi bahan pelajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu.
3. integrated curiculum,masih tampak warna disiplin ilmu.
4. problem solving curiculum adalah pola organisasi isi yang berisi topik pemecahan masalah sosial.

2. PEMELIHAN DISIPLIN ILMU
Masalah besar yang dihadapi oleh para pengembang kurikulum subjek akademis adalah bagaimana memmilih  materi pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada.
            Beberapa saran untuk mengatasi masalah tersebut :
1.         mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh
2.         mengutamakan kebutuhan masyarakat
3.         menekankan pengetahuan dasar yaitu pengetahuan yang menjadi dasar.


Penyesuaian mata pelajaran dengan perkembangan anak
            Pengembangan kurikulum subjek akademis, lebih mengutamakan susunan bahan secara logis dan sistematis dari pada menyelaraskan kurikulum bahan dengan kemampuan berpikir anak. Mereka umumnya yang memperhatikan bagaimana siswa belajar dan lebih mengutamakan bahan isi,yaitu apa yang akan diajarkan.

 Kurikulum Humanistik
1. Konsep Dasar
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan stastistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan peribadi (dized education) yaitu john dewey (progrisive edocation) dan jj rau (romantik edocation). Aliran ini lebih memberikan tempat utama siswa. Mereka bertolak asumsi bahwa anak atau siswa adalah pertama dan utama dalam pen didikan. Ia adalah subjek yang menjadi kegiatan pendidikan.
Menurut Mc Neil. Tugas guru adalah menciptakan situasi yang permisif dan mendorong siswa untuk mencari dan mengembangkan pemecahan sendiri.
Tujuan pengajaran adalah memperluasan kesadaran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan ketersaingan dari lingkungan . ada beberapa aliran yang termasuk dalam pendidikan humanistik yaitu pandidikan konfluen,kritiksme radikal, dan mitiksme modern.pendidikan konfluen menekankan kebutuhan peribadi,kritiksme radikal bersumber dari aliran naturalisme atau romantisme, roseau.mereka memandang pendidikan supaya untuk membantu anak mengnembangkan potensi yang dimilikinya. Pendidik adalah ibarat petani yang berusaha menciptakan tanah yang gembur, air dan udara yang cukup, terhindar dari hama, untuk tumbuhnya tanaman yang penuh potensi. Dalam pendidikan tidak ada pemaksaan, yang ada adalah rangsangan dan dorongan untuk berkembang.
2. Kurikulum Konfluen
Kurikulum konfluen  dikembangkan oleh para ahli pendidikan konfloen, yang menyatukan segi-segi efektif (sikap,persaan, nilai) dengan segi-segi kognitif (kemampuan intelektual). Pendidikan konfluen kurang menekankan pengetahuan yang mengandung segi efektif. Menurut mereka kurikulum tidak menyiapkan pendidikan tentang sikap,perasaan, dan nilai yang harus dimiliki oleh murid-murid. Kurikulum hendaknya
3. Beberapa ciri kurikulum konfluen
a. parsitipasi kurikulum ini menekankan parsitipasi murid dalam belajar
b. Integrasi dari pemikiran, perasaan  dan tindakan
c. relavansi isi pendidikan relavan dengan kebutuhan.
d. peribadi anak pendidikan ini  memberi tempat utama bagi anak
e.  tujuan.pendidikan bertujuan  mengembangkan peribadi yang utuh
Dasar dari kurikulum konfluen adalah psikologi gistalt
Karakteristik kurikulum humanistik
Tujuan pendidikan adalah proses perkembangan peribadi dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan. Seseorang yang telah mampu mengutlasikan diri adalah orang yang  telah mencapai keseimbangan.
Kurikulum humanistik menekankan organisasi, yaitu kesatuan prilaku bukan saja yang bersifat intelektual, juga emosional dan tindakan.
C. KURIKULUM REKONSTRUKSI SOSIAL
Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan  model-model kurikulum lainya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema yang dihadapinya dalam masyarakat.
Desain kurikulum rekonstraksi sosial
Asumsi . tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan para siswa pada tantangan ,ancaman,hambatan,-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi oleh manusia.
1. Komponen-komponen kurikulum
a).tujuan dan isi kurikulum. Tujuan pendidikan kurikulum tiap tahun berubah, kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah salah satunya melakukan survei terhdap masyarakat .
2.metode
            Guru berusaha membantu para siswa minat dan kebutuhanya,dalam kegiatan belajar tidak ada kompetisi yang ada adalah kooprasi atau kerja sama ,saling pengetian dan kunsensus.
Evaluasi.dalam kegiatan evaluasi para siswa juga libatkan.
 Pelaksanaan pengajaran rekonstruksi sosial
Pengajaran rekonstruksi sosial banyak dilakukan didaerah-daerah yang tergolong belum maju  dan tingkat ekonominya belum tinggi.salah satu badan yang banyak mengembangkan baik teori maupun terik pengajaran rekonstruksi sosial adalah Paulo Freize.Conscientization merupakan suatu proses pendidikan atau pengajaran dimana siswa tidak diperlakukan sebagai penerima tetapi sebagai pengajar yang aktif.
            Shane menyarankan para pengembang kurikulum, agar mempelajari kecendrungan (trends) perkembangan.kecendrungan pertama adalah perkemabangan teknologi berbagai dampaknya terhadap kondisi dan perkembangan masyarakat,. Kecendrungan lain adalah perkembangan ekonomi,politik, sosial dan budaya. Dalam perkembangan sosial yang perlu mendapatkan perhatian utama adalah perkembangan manusia, baik secara individu maupun instraksinya dengnan yang lain.
D. Teknologi dan Kurikulum
Sejak dahulu teknlogi telah diterapkan dalam pendidikan, tetapi yang digunakan adalah teknologi sederhana seperti penggunaan papan tulis dan kapur, pena dan tinta, dan lain-lainya. Dewasa ini sesuai tahap dengan perkembanganya yang digunakan adalah teknologi maju seperti audio dan video cassete,dan yang lainya.
            Penerapan teknologi dalam pendidikan khusus nya kurikulum adalah dalam dua bentuk, yaitu perangkat lunak (software) dan perangkat keras ( hardware),teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat.
1. Beberapa ciri kurikulum teknologis
a. Tujuan
b. metode
            setiap siswa harus menguasai secara tuntas  tujuan-tujun perogram pengajaran, pelaksanaan pengajaran mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
1. penegasan tujuan
2. pelaksanaan pengajaran
3. pengetahuan tentang hasil
Organisasi bahan ajar. Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu tetapi telah diramu sedemikkian rupa sehingga mendukung suatu kompetensi.
Meskipun memiliki kelebihan tetapi kurikulum teknologis tidak terlepas dari kelemahan
2.         Pengembangan kurikulum
Dalam perkembangan kurikulum model lama, menurut para ahli teknologi  pendidikan, penyusunan kurikulum, lebih bersifat seni dan didasarkan atas kepentingan politik daripada landasan-landasan ilmiah dan teknologis.
            Pekembangan kurikulum teknologis berpegang pada beberapa kreteria, yaitu: 1) prosedur kurikulum dinilai dan di sempurnakan  oleh pengembangan kurikulum yang lain, 2) Hasil perkembangan partama yang berbentuk model adalah  yang bisa diuji coba ulang, dan hendaknya memberikan hasil yang sama.
            Inti dari pengembangan kurikulum teknologis adalah penekanan pada kompetensi.





PENDEKATAN CARA BELAJAR SISWA AKTIF (CBSA)

A.   PENGERTIAN PENDEKATAN CARA BELAJAR SISWA AKTIF (CBSA)
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan tertentu.
Menurut Nana Sujana (1988), dikatakan bahwa CBSA adalah suatu proses belajar-mengajar yang menggunakan berbagai metode yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional, sehingga subjek didik betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar.
Menrut Misbah Partika (1987), dikatakan CBSA adalah proses belajar mengajar yang menggunakan berbagai metode yang menitik beratkan kepada keaktifan yang bersifat fisik, mental, emosional maupun intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang berhubungan dengan wawasan kognitif, afektif dan psikomotor secara optimal.
Bertitik tolak dari beberapa definisi tersebut di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) merupakan suatu pendekatan yang diterapkan dalam proses belajar-mengajar dengan menekankan pada keterlibatan kemampuan peserta didik, baik secara fisik, mental, intelektual maupun emosionalnya sehingga diperoleh hasil belajar yang berupa keteerpaduan antar aspek kognitif, afektif dan psikomotor dalam kesatuan pribadi peserta didik yang utuh seperti yang diinginkan dalam tujuan pendidikan nasional.
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) merupakan suatu pendekatan sebagai urutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatam intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan. Peningkatan CBSA dari suatu proses pembelajaran berarti pula mengarahkan proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa atau dengan kata lain menciptakan pembelajaran berdasarkan siswa (Student Based Instruction). Konsep CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL) dapat membantu pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajar.
B.   RASIONALISASI CBSA DALAM PEMBELAJARAN
Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat ditinjau kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu sendiri. Dengan cara demikian pembelajar dapat diketahui potensi, tendensi dan terbentuknya pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya. Pada dasarnya dapat diketahui bahwa baik pembelajar. materi pelajaran, cara penyajian atau disebut juga pendekatan-pendekatan berkembang.
Gage dan Berliner secara sederhana mengungkapkan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mebuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya. Dengan demikian, dalam belajar orang tidak mungkin melimpahkan tugas-tugas belajarnya kepada orang lain. Orang belajar adalah orang yang mengalami sendiri proses belajar.
Bertolak dari pemikiran-pemikiran yang terkandung dalam konsep belajar seumur hidup dan konsep belajar serta kenyataan proses pembelajaran, maka peningkatan penerapan CBSA merupakan kebutuhan yang harus segera terpenuhi. Dengan penerapan CBSA, siswa diharapkan akan lebih mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh. Di sisi lain, guru diharapkan bekerja secara profesional, guru dapat merekayasa sistem pembelajaran yang mereka laksanakan secara sistematis, dengan pemikiran mengapa dan bagaimana menyelenggarakan kegiatan pembelajaran aktif (Raka Joni, 1992:11). Sehingga di kemudian hari penerapan CBSA pada gilirannya akan mencetak guru-guru yang potensial dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan alam dan sosial budaya.

C.   KADAR CBSA DALAM PEMBELAJARAN
CBSA akan lebih tampak dan menunjukkan kadar yang tinggi apabila pembelajaran lebih berorientasi kepada siswa, dan akan terjadi sebaliknya bila arah pembelajaran cenderung beroientasi kepada guru.
Ada 7 (tujuh) dimensi proses pembelajaran yang mengakibatkan terjadinya kadar ke-CBSA-an yang dikemukakan oleh Mc Keachie, yaitu:
1.      Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.
2.      Tekanan pada aspek afektif dalam belajar.
3.      Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antarsiswa.
4.      Kekohesifan (kekompakkan) kelas sebagai kelompok.
5.      Kebebasan atau lebih tepat kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah.
6.      Jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan sekolah/pembelajaran.
         
            G


  S1  S2     S3    S4
 
Yamamoto mengungkapkan bahwa proses pembelajaran yang op[timal terjadi apabila siswa yang belajar maupun guru yang membelajarkan memiliki kesadaran dan kesengajaan terlibat dalam proses pembelajaran. Lindgren mengemukakan 4 (empat) kemungkinan interaksi pembelajaran, yakni:
1.      Interaksi satu arah, dimana guru bertindak sebagai penyamapi pesan dan siswa penerima pesan.


2.     
                  G


     S1     S2     S3     S4
 
Interaksi dua arah antara guru dengan siswa, dimana guru memperoleh balikan dari siswa.


3.     
              G


   S1     S2S3S4
 
Interaksi dua arah antara guru-siswa, dimana guru mendapat balikan dari siswa. Selain itu, siswa saling berinteraksi atau saling belajar satu dengan yang lain.


4.     
             G

S1                  S4

     S2        S3
 
Interaksi optimal antara guru-siswa, dan antara siswa-siswa.
 


Raka Joni (1992: 19-20) mengungkapkan bahwa sekolah yang ber-CBSA dengan baik mempunyai karakteristik berikut:
1.      Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa berperan lebih aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri.
2.      Guru adalah pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar.
3.      Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengejar standar akademis, kegiatan ditekankan untuk mengembangkan kemampuan siswa secara utuh dan setimbang.
4.      Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, dan memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan mantap.
5.      Penilaian, dilaksanakan untuk mengamati dan mengukur kegiatan dan kemajuan siswa, serta mengukur berbagai keterampilan yang dikembangkan.
D.   RAMBU-RAMBU PENYELENGGARAAN CBSA
Hakikat CBSA adalah ketrlibatan intelektual-emosional siswa secara optimal dalam proses pembelajaran; dan setiap proses pembelajaran memiliki kadar CBSA yang berbeda-beda. Rambu-rambu CBSA adalah gejala-gelaja yang tampak pada perilaku siswa dan guru baik dalam program maupun dalam proses pembelajaran. Rambu-rambu yang dimaksud adalah:
1.      Kuantitas dan kualitas pengalaman yang membelajarkan.
2.      Prakarsa dan keberanian siswa dalam mewujudkan minat, keinginan, dan dorongan-dorongan yang ada pada dirinya.
3.      Keberanian dan keinginan siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran.
4.      Usaha dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.
5.      Keingintahuan yang ada pada diri siswa.
6.      Rasa lapang dan bebas yang ada pada diri siswa.
7.      Kuantitas dan mualitas usaha yang dilakukan guru dalam membina dan mendorong keaktifan siswa.
8.      Kualitas guru sebagai inovator dan fasilitator.
9.      Tingkat sikap guru yang tidak mendominasi dalam proses pembelajaran.
10.  Kuantitas dan kualitas metode dan media yang dimanfaatkan guru dalam proses pembelajaran.
11.  Keterikatan guru terhadap program pembelajaran.
12.  Variasi interaksi guru-siswa dalam proses pembelajaran.
13.  Kegiatan dan kegembiraan siswa dalam belajar.
Rambu-rambu CBSA tersebut, akan dapat digunakan untuk m,engetahui kadar ke-CBSA-an suatu proses pembelajaran apabila dirumuskan kembali ke dalam bentuk panduan observasi atau instrumen lain.
E.   PENERAPAN CBSA
Konsekuensi yang harus diterima dari adanya pembelajaran berdasarkan siswa ialah:
1.      Guru merupakan seorang pengelola (manager) dan perancang (designer) dari pengalaman belajar.
2.      Guru dan siswa menerima peran kerja sama (partnership)
3.      Bahan-bahan pembelajaran dipilih berdasarkan kelayakannya.
4.      Penting untuk melakukan identifikasi dan penuntasan syarat-syarat belajar (learning requirements).
5.      Siswa dilibatkan dalam pembelajaran.
6.      Tujuan ditulis secara jelas
7.      Semua tujuan diukur/dites.
Konsekuensi tersebut menuntut guru agar guru memiliki khasanah pengetahuan yang luas tentang teknik/cara penyampaian atau sistem penyampaian, dan guru juga harus memiliki kriteria tertentu untuk memilih sistem penyampaian yang tepat untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran.
Menurut Ausubel (1978), untuk dapat melihat lebih jelas kadar ke-CBSA-an dan kebermaknaan suatu proses pembelajaran, ada dua dimensi yang dapat dipertentangkan, yaitu:
1.      kebermaknaan bahan dan/atau proses pembelajaran, terentang dari belajar hapalan tanpa pemahaman (rote learning) sampai belajar penuh kebermaknaan (meaningfull learning).
2.      modus-modus pembelajaran, diklasifikasikan menjadi belajar reseptif, belajar dengan penemuan terbimbing, dan belajar dengan penemuan mandiri.
Untuk dapat mengelola dan merancang program pembelajaran dan proses pembelajaran, seorang guru hendaknya mengenal faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran. Faktor-faktor penentu tersebut adalah:
1.      Karakteristik tujuan, yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang ingin dicapai atau ditinggalkan sebagai hasil kegiatan.
2.      Karakteristik mata pelajaran/bidang studi, yang meliputi tujuan, isi pelajaran, urutan, dan cara mempelajarinya.
3.      Karakteristik siswa, mencakup karakteristik perilaku masukan kognitif dan afektif, usia, jenis kelamin, dan yang lain.
4.      Karakteristik lingkungan/setting pembelajaran, mencakup kuantitas dan kualitas prasarana, alokasi jam pertemuan, dan yang lainnya.
5.      Karakteristik guru, meliputi filosofinya tentang pendidikan dan pembelajaran, kompetensinya dalam teknik pembelajaran, kebiasaannya, pengalaman kependidikannya, dan yang lain.
Agar seorang guru mampu menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang memiliki kadar CBSA tinggi, maka dalam memilih dan menentukan teknik pembelajaran atau sistem penyampaian hendaknya benar-benar mempertimbangkan kemanfaatan dari teknik pembelajaran yang dipilihnya. Kadar CBSA dalam suatu proses pembelajaran terllihat sejak guru membuat persiapan pembelajaran, yakni pada jabaran kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru maupun siswa.
F.    PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SEBAGAI BAGIAN DARI CBSA
1.      Rasionalisasi Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pengajaran
Terdapat dua aspek penting dalam kegiatan pembelajaran, yaitu aspek hasil belajar yakni perubahan perilaku pada diri siswa, dan aspek proses belajar yakni sejumlah pengalaman intelektual, emosional, dan fisik pada diri siswa. Tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran mengandung makna untuk meletakkan landasan bagi belajar seumur hidup. Tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah secara operasional adalah membelajarkan siswa agar mampu memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi dirinya sendiri.
Kegiatan pengajaran seringkali didasarkan pada dua premis yang terkadang tidak diungkapkan secara jelas, yaitu:
a.       Premis pertama mengungkapkan bahwa siswa belajar sesuatu bukan karena hal yang dipelajari menarik atau menyenangkan baginya, tetapi siswa belajar hanya ingin menghindarkan diri dari ketidaksenangan bila ia tidak belajar.
b.      Premis kedua mengungkapkan bahwa guru merupakan ”motor penggerak” yang membuat siswa terus-menerus belajar, dari pihak siswa tiada kegiatan belajar spontan.
Adanya dua premis tersebut mengakibatkan kegiatan pembelajaran cenderung menjadi kegiatan ”penjajahan”, atau ”penjinakan”, daripada sebagai kegiatab pemanusiaan. Untuk mengidealkan kegiatan pembelajaran di sekolah, salah satunya dengan penerapan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP), yang didasarkan pada hal berikut:
a.       Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perlu mengembangkan keterampilan memperoleh dan memproses semua fakta, konsep, dan prinsip pada diri siswa.
b.      Pengalaman intelektual, emosional, dan fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal.
c.       Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ilmu. Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara pemrosesan dan pemerolehan kebenaran ilmu yang bersifat kesementaraan.
2.      Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses dan Keterkaitannya dengan CBSA
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa (Depdikbud, 1986 b:7). PKP dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa.
Pendekatan keterampilan proses ini adalah:
a.       PKP sebagai wahana penemuan dan pengembangan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan bagi diri siswa.
b.      Fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan yang itemukan dan dikembangkan siswa berperan pula menunjang pengembangan keterampilan proses pada diri siswa.
c.       Interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan fakta, konsep, serta prinsip ilmu pengetahuan, pada akhirnya akan mengembangkan sikap dan nilai ilmuwan pada diri siswa.
PKP tidak mungkin dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yang tidak menerapkan CBSA, PKP berjalan secara optimal apabila kadar CBSA proses pembelajaran tinggi, dan sebaliknya. Dengan kata lain, PKP berinteraksi secara timbal-balik dengan penerapan CBSA dalam proses pembelajaran.
3.      Jenis-Jenis Keterampilan dalam Keterampilan Proses
Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses, yaitu terdiri dari:
a.       Keterampilan dasar (basic skills), yang terdiri dari enam keterampilan, yakni: mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan.
b.      Keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skills), terdiri dari: mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar-variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen. (Funk, 1985: xiii)
Keterampilan proses tersbut dikelompokkan menjadi beberapa keterampilan proses, yaitu:
a.       Mengamati
Kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain. Mengamati memiliki dua sifat utama, yaitu sifat kualitatif (apabila dalam pelaksanaannya hanya menggunakan pancaindera untuk memperoleh informasi, contoh: menentukan warna), dan sifat kuantitatif (apabila dalam pelaksanaannya selain menggunakan pancaindra, juga menggunakan peralatan lain yang memberikan informasi khusus dan tepat, contoh: menentukan suhu air yang mendidih dengan bantuan termometer)
b.      Mengklasifikasikan
Merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan/kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. Contoh: mengklasifikasikan cat berdasarkan warna.
c.       Mengkomunikasikan
Dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Contoh: mendiskusikan suatu masalah, membuat laporan.
d.      Mengukur
Yaitu membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Contohnya mengukur berat badan.
e.       Memprediksi
Merupakan suatu ramalan dari apa yang kemudian hari mungkin dapat diamati. Contohnya memprediksi waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tertentu dengan menggunakan kendaraan yang kecepatannya tertentu.

f.        Menyimpulkan
Dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui. Contoh: berdasarkan pengamatan diketahui bahwa api lilin mati setelah ditutup dengan gelas rapat-rapat, siswa dapat menyimpulkan bahwa lilin dapat menyala bila ada oksigen.
Keterampilan proses terintegrasi pada hakikatnya merupakan keterampilan-ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Keterampilan terintegrasi tersebut ialah:
a.       Mengenali variabel
Variabel dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai variasi nilai atau konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Pengenalan terhadap variabel berguna untuk merumuskan hipotesis penelitian. Ada dua macam varabel, yakni variabel termanipulasi (manipulated variabel, atau variabel bebas, yaitu variabel yang dengan sengaja diubah-ubah dalam suatu situasi dan diselidiki pengaruhnya), variabel hasil (responing variabel, atau variabel terikat, yaitu variabel yang diramalkan akan timbul dalam hubungan yang fungsional dengan atau sebagai pengaruh dari variabel bebas). Kegiatan untuk mengembangkannya di antaranya menentukan variabel yang ada dalam suatu pernyataan.
b.      Membuat tabel data
Fungsinya untuk menyajikan data yang diperlukan penelitian. Kegiatannya di antaranya adalah membuat tabel frekuensi, membuat tabel silang.
c.       Membuat Grafik
Adalah kemampuan mengolah data untuk disajikan dalam bentuk visualisasi garis atau bidang datar dengan variabel termanipulasi selalu pada sumbu datar dan variabel hasil selalu ditulis sepanjang sumbu vertikal.
d.      Menggambarkan hubungan antar-variabel
Dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan hubungan antar-variabel termanipulasi dengan variabel hasil/hubungan atara variabel-variabel yang sama. Kegiatannya antara lain menggambrkan hubungan variabel timbal-balik, dan hubungan variabel simetris.
e.       Mengumpulkan dan mengolah data
Adalah kemampuan memperoleh informasi/data dari orang atau sumber informasi lain dengan cara lisan, tertulis, atau pengamatan dan mengkajinya lebih lanjut secara kuantitatif atau kualitatif sebagai dasar pengujian hipotesis. Kegiatannya antara lain membuat instrumen pengumpulan data, menentukan tingkat signifikansi hasil perhitungan.
f.        Menganalisis penelitian
Merupakan kemampuan menelaah laporan penelitian orang lain untuk meningkatkan pengenalan terhadap unsur-unsur penelitian. Kegiatan untuk mengembangkannya antaranya mengenali rumusan hipotesis.
g.       Menyusun hipotesis
Sebagai kemampuan untuk menyatakan ”dugaan yang dianggap benar” mengenai adanya suatu faktor yang terdapat dalam satu situasi, maka akan ada akibat tertentu yang dapat diduga akan timbul. Kegiatannya antara lain menyusun hipotesis kerja, menyusun hipotesis nol.
h.       Mendefinisikan variabel
Dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikn variabel beserta segala atribut sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda. Kegiatan antaranya mengenal atribut variabel bebas.
i.         Merancang penelitian
Sebagai suatu kegiatan untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi dan direspons dalam penelitian secara operasional, kemungkinan dikontrolnya variabel hipotesis yang diuji dan cara menujinya, serta hasil yang diharapkan dari penelitian yang akan dilaksanakan. Contoh kegiatannya adalah mengenali, menentukan, dan merumuskan masalah yang akan diteliti.
j.        Bereksperimen
Sebagai keterampilan untuk mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide itu. Contoh kegiatannya adalah menguji kebenaran pernyataan bahwa semua zat memuai bila terkena panas.
4.      Penerapan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran
Untuk dapat menerapkan PKP dalam pembelajaran, kita perlu mempertimbangkan dan memperhatikan karakteristik siswa dan karakteristik mata pelajaran/bidang studi. Selain itu, kita perlu menyadari bahwa dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat terjadi pengembangan lebih dari satu macam keterampilan proses.
Mengingat keterampilan terintegrasi dalam PKP merupakan keterampilan melaksanakan suatu kegiatan penelitian, maka penerapannya dalam pembelajaran hendaknya dilakukan dengan urutan yang hierarkis. Dengan kata lain, sebelum satu keterampilan dikuasai siswa jangan berpindah kepada keterampilan yang lainnya.
G.   PERBEDAAN SUMBER BELAJAR DAN BAHAN AJAR
Arief S. Sadiman dalam makalahnya yang berjudul Pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pembelajaran (2004) mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk belajar, yakni dapat berupa orang, benda, pesan, bahan, teknik, dan latar.
Sedangkan dari sumber website bced mendefinisikan bahwa sumber belajar adalah informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Bentuknya tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau kombinasi dari berbagai format yang dapat digunakan oleh siswa ataupun guru. http://www.bced.gov.bc.ca/irp/appskill/ asleares.htm January 28, 1999
Menurut Association for Educational Communications and Technology (AECT, 1977), sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran.
Bertolak dari beberapa definisi di atas, dapat kita simpulkan bahwa sumber belajar adalah tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi yamg dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku. Dari pengertian sumber belajar dapat kita temukan kata kunci:
1)  tempat atau lingkungan
2)  benda, orang
3)  mengandung informasi
4)  perubahan tingkah laku peserta didik.
Dari pengertian di atas, pada dasarnya sumber belajar dapat berupa:
a.       Tempat atau lingkungan, misalnya perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan dan lain sebagainya
b.      Benda, misalnya situs, candi, benda peninggalan lainnya.
c.       Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu yang dapat dijadikan nara sumber oleh peserta didik. Misalnya guru, ahli geologi, polisi, dan ahli-ahli lainnya.
d.      Bahan yaitu segala sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman elektronik, web, dll yang dapat digunakan untuk belajar.
e.       Buku, misalnya buku pelajaran, buku teks, kamus, ensiklopedi, fiksi dan lain sebagainya.
f.        Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan, peristiwa bencana, dan peristiwa lainnya.
Tempat, benda, orang, bahan, buku, peristiwa dan fakta tidak akan menjadi sumber belajar yang bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila tidak diorganisasi melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika tidak, maka tempat atau lingkungan alam sekitar, benda, orang, dan atau buku hanya sekedar tempat, benda, orang atau buku yang tidak bermakna apa-apa.
Berangkat dari pemikiran tentang pengertian sumber belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, mencerminkan kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Melalui bahan ajar yang disiapkan secara baik memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi dasar secara runtut dan sistematis. Penyiapan dan penggunaan bahan ajar secara baik dan tepat, pada akhirnya secara akumulatif peserta didik diharapkan dapat menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu :
1.      bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.
2.      bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.
3.      bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film.
4.      bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan
5.      bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
Adapun fungsi bahan ajar sebagai berikut:
a.       Bagi guru, sebagai pedoman yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.
b.      Bagi peserta didik, sebagai pedoman yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya.
c.       Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.